, , , , , ,

Tauladan Kisah Penghidupan Candi Sojiwan


Tak lekang oleh waktu

TERIK siang itu cukup menyengat. Kulit legam ini berasa semakin hitam berpadu dengan lelehan keringat dan debu yang melekat. Tapi sama sekali langkah tak surut menuju Candi Sojiwan, berjalan kaki menjadi pilihan ketika saya memilih parkir di areal Candi Prambanan.
Tak jauh memang. Hanya sekitar 1 Km saja. Melintasi pemukiman warga, sedikit sawah di sisi kiri, harus pula melangkahi rel kereta sekaligus menunggunya menyintas, sampailah saya di pelataran Candi Sojiwan.
Sudah cukup lama saya menyimpan hasrat mengunjungi candi ini. Selama ini, hanya Prambanan saja yang cukup ternama bersanding dengan Candi Sewu dan juga Boko. Padahal di sekitarnya, cukup banyak candi-candi kecil yang patut dikunjungi, menipak jejak demi menyaksikan kemegahan masa silam.
Lengkap dengan stupa sebagai mahkota

Layaknya candi-candi Buddha lainnya, Sojiwan atau ada yang menyebutnya Sajiwan, dihiasi dengan stupa dan relief. Mirip dengan Candi Borobudur. Jajaran pahatan batu yang bercerita, ada di kaki candi, mengelilinginya.
Ini pula yang menjadi salah satu kelebihan candi ini dibanding dengan lainnya. Keberadaan relief-relief mengambil cerita binatang (fabel) yang mengandung banyak tauladan untuk kita. Salah satunya adalah fabel kura-kura yang dibawa terbang oleh sepasang angsa, atau kera yang memanfaatkan buaya untuk menyebrang sungai, dimana ceritanya diambil dari Pancatantra atau jataka. 
Jataka sendiri, patut dicatat adalah kumpulan cerita tentang kehidupan-kehidupan sang Buddha ketika masih berwujud hewan, sebelum beliau menitis menjadi Siddharta Gautama. Cerita-cerita ini jumlahnya kurang lebih ada 547 dan aslinya ditulis dalam bahasa Pali.

Jataka kera dan buaya yang dimanfaatkan untuk menyeberang sungai

Sayangnya, dari 20 relief, hanya tersisi 19. Tangan jahil dan pencuri jahat, telah menjadi pemilik barunya. Beberapa patung dan stupa, menjadi korbannya. Semoga saya tak ikut dijahili ya...
Lebih dari itu, kelebihan Sojiwan lainnya adalah adanya struktur parit yang mengelilingi areal candi ini. Sayangnya pula, parit tersebut sebagian sudah hilang terkubur dan rusak, tergantikan dengan pemukiman warga dan persawahan. Sayapun tak berhasil mendapatkan gambarnya.
Candi Sojiwan sendiri diperkirakan dibangun antara tahun 842 dan 850 Masehi, kurang lebih pada kurun yang sama dengan candi Plaosan, yang berada sekitar 2 Km di dekatnya. Menurut prasasti Rukam berangka tahun 829 Saka (907 M), Candi Sojiwan merupakan persembahan dari Raja Balitung yang beragama Hindu kepada neneknya, Nini Haji Rakryan Sanjiwana (nama ini juga disamakan dengan Ratu Pramodhawardhani) yang beragama Budha.
Karena itu pulalah mungkin candi ini dinamai sesuai dengan namanya yang menjadi pelindung Desa Rukam (kini bernama Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten). Sojiwan juga dipercaya sebagai candi pendharmaan atas rasa cinta dan sayang terhadap mereka yang menjaga lingkungan...layaknya aku menjaga bara rindu padamu huhu.

Ruang bilik Sojiwan yang sudah kosong, sebagian sudah diganti dengan andesit.

Anak-anak bermain di pelataran Sojiwan
Oh ya, area taman di Sojiwan sudah ditata rapi. Meski demikian, beberapa batuan penyusun struktur candi sudah diganti andesit. Termasuk pula beberapa batu di dalam bilik candi yang sudah kosong berbentuk relung atau singgasana yang mungkin saja dulunya ditempatkan sebuah arca Boddhisatwa.
Aih...saya kembali berfantasi (bukan fantasi jorok lo) di bilik ini. Saya bayangkan Ratu Pramodhawardhani duduk di bawah sementara para pendeta memberikan wejangan, petuah dan tauladan kepadanya. Di luar, warga berkumpul dengan berbagai sesaji uborampe, memberi puji puja kepada Sang Buddha...
..dan saya keluar pelataran, menjumpai masmas ojol yang sudah menunggu karena kaki saya tak bersahabat untuk diajak kembali berjalan kaki kembali ke Prambanan.
Selfie dulu ye gesssh

Arca Boddhisatwa yang tak utuh lagi

Baca juga:
- http://www.guswah.id/2018/08/candi-singosari-menjumpai-ken-dedes.html
- http://www.guswah.id/2018/06/elegi-cinta-candi-merak.html
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar