, , , , ,

Lunpia Cik Meme: Cara Beda Menikmati Lunpia



SEJAK lama, saya memproklamirkan diri tidak menyukai yang namanya lunpia. Aroma rebung yang sangat kuat dan terkesan pesing, membuat saya menjauhi makanan yang satu ini.
Namun semua berbeda ketika di awal 2014, saya berkenalan dengan Cik Meme. Bersama duo kriwul alm Pasha dan Athier, saya datang untuk berbincang di toko Lunpia Delight kala itu. Dan tentu saja suguhannya adalah lunpia (saya sudah bayangin tidak akan menyantap makanan satu itu, atau setidaknya menyantap untuk melegakan sang tuan rumah).
Di sana, Cik Meme sudah meyakinkan bahwa lunpia buatannya tidak akan beraroma kuat. Sedikit memaksa, saya dimintanya menjajal satu potong. Hemm...enak juga, bau pesingnya sudah tak ada lagi.
Tapi saya rasa saya cukup makan satu potong kecil saja. Saya terlalu tangguh untuk meluruhkan prinsip bahwa saya tak akan makan lunpia, sementara duo kriwul malah minta nambah...duh Gustiiii aku isin anakku mangane akeh hehe.
***
Waku berlalu...berselang empat tahun kemudian, saya berkesempatan menjajal kembali lunpia yang sudah berganti branding menjadi Lunpia Cik Meme ini. Pasalnya nama Lunpia Delight dinilai kebarat-baratan, sementara jajanan endess ini asli Semarang dan memiliki citarasa yang sangat lokal sekali. Wagu kan klo namanya barat dan inggris-inggrisan haha.
Dan terbukti, Sabtu siang 20 Januari lalu menjadi momentum luar biasa bagi saya. Satu potong full lunpia Raja Nusantara habis saya santap. Dan belum cukup, sisa potongan lunpia lainnya di meja, masih saya embat. Entahlah, rasa lapar dan penasaran ketiadaan aroma pesing, menjadikan napsu makan saya kalap.
Eitt tapi tunggu dulu, sesuai judulnya, saya kini memiliki cara berbeda menikmati lunpia. Jika dulu saya hanya menggigitnya bersama ceplusan rawit dan acara, kini sungguh berbeda.
Pertama saya gigit besar-besar potongan lumpia setelah dioles dibumbu saus manis, agar semua bahan racikan teramu sukses di mulut. Sebelum benar-benar lumer, saya ambil daun bawang merah yang tersedia sebagai lalapan (daun bawang merah lo bukan daun bawang putih atau yang biasa kita kenal sebagai onclang)...ceplussss, uenaakkkk. Baru kemudian saya gigit lombok rawitnya disusul acar timun.
Nah ini baru pas...

Pake makan lunpia dengan cara saya...asssoooyy

Saya ulang di potongan berikutnya hingga tak sadar satu potong full lunpia sudah berpindah ke perut yang mulai membuncit. Sesadar itu pula, ternyata ada enam varian rasa berbeda yang dihadirkan Cik Meme sebagai pelengkap jajanan khas Semarang ini.
Mulai dari yang Plain, Original, Fish Kakap, Kajamu (Kambing Jantan Muda) dan Raja Nusantara (Rasa Jamur Nusantara). Sayangnya, akibat napsu yang terlalu liar, saya malah lupa mencicipi si Kajamu. Tapi setidaknya, ini bisa jadi alasan bagi saya untuk kembali datang ke Lunpia Cik Meme di Jalan Gajah Mada 107 dan menjajal Kajamu hahaha
Sukur-sukur dikasih kesempatan lagi foto berdua sama sang empunya hehe modus...

Bukan saya lo yang minta foto, tapi Cik Meme hehe
***

Swear...ini bukan testimoni. Ini juga bukan blog berbayar tapi murni sebuah pengalaman yang ingin saya bagi. Jikapun memiliki sejarah kelam makan lunpia yang menyisakan bau-bau pesing, jangan ragu datang dan mencoba lunpia Cik Meme. Ya setidaknya kunjungi dulu laman-laman kesaksian di https://lunpiacikmeme.com eit tapi ajak-ajak saya ya klo kesana, dijamin parkir gratis deh haha
Nah makanya, saya tidak akan mengekspos lagi racikan enam varian rasanya karena di sana ... di web itu sudah ada semua. Pokoknya, jangan ragu coba cara baru menikmati lunpia yang pasti akan membuat kita semua ketagihan.

Ngiler apa ngeces tuh...

Nah ini nih testimoni dari para tokoh.


Share:
Read More